Kenapa dikit-dikit Lapor
Berita di media tentang seorang guru yang dihukum gara-gara
menghukum muridnya lumayan menjadi perhatian. walaupun tahu topik ini
sudah banyak dibahas tapi saya merasa tertarik untuk sedikit
menuliskannya pula.
Saya jadi ingat kejadian tahun lalu di salah satu SMU ditempat anak saya bersekolah, sampai-sampai anak saya nyeletuk 'koq bapaknya mau ya di adu-adu..kayak ayam', anak saya bersama teman-temannya ikut menyaksikan langsung kejadian yang sempat bikin heboh dikota kami.
Saya jadi ingat kejadian tahun lalu di salah satu SMU ditempat anak saya bersekolah, sampai-sampai anak saya nyeletuk 'koq bapaknya mau ya di adu-adu..kayak ayam', anak saya bersama teman-temannya ikut menyaksikan langsung kejadian yang sempat bikin heboh dikota kami.
Bermula, jumat pagi sudah biasa
kan ada senam pagi dulu sebelum memulai pelajaran, ada siswi yang
ogah-ogahan malas mengikuti senam pagi, salah seorang guru menegur
supaya siswi tersebut ikut senam sambil menjawil (baca towel, #apa sih
bahasa Indonesia nya) bahu siswi tersebut, ditegur sama gurunya siswi
itu merasa tidak senang dan mengadukan kejadian tersebut pada orang
tuanya, Sebenarnya siswi itu tidak kenapa-napa, luka enggak, lebam
enggak, pingsan enggak, memar enggak karena cuma dijawil bahunya,
gurunya juga menegur biasa saja tidak bicara kasar. Dan melabraklah
orang tuanya ke sekolah, sehingga terjadi kehebohan yang mungkin tidak
diduga sama sekali oleh orang tua murid tersebut, berita itu di muat di
media lokal , selanjutnya bukan cuma satu sekolah yang membully siswi
itu tapi seluruh kota, bayangkan...kalau sudah begini lantas siapa yang
patut disalahkan.
Sebenarnya saya merasa heran
saja dengan kejadian yang sering terjadi sekarang, kenapa sangat berbeda
dengan zaman saya masih sekolah dulu, dimana orang tua menyerahkan
penuh anaknya kepada guru saat disekolah,dan guru merupakan orang yang
sangat dihormati . seperti saya dulu misalnya ; kebetulan ibu saya
bersahabat dengan salah satu Ibu guru saya, ' kalau anak saya
macam-macam disekolah, terserah deh mau diapain' begitu kira-kira
perkataan ibu pada guru saya.
Dan kenyataannya,
kenakalan-kenakalan sering saya lakukan sehingga tidak bisa menghindar
dari keprukan penggaris ibu guru saya, dan itu sering sekali terjadi
,dari lupa bikin pr, kuku lupa dipotong,ogah-ogahan ikut senam skj, dan
lain-lain yang bisa membuat tersenyum ketika mengenangnya saat ini.
Apakah saya suka 'ngadu' ke ibu saya? oh tidak sama sekali, mana berani
saya ngadu-ngadu. Malah Ibu guru saya sendiri yang ngadu ke ibu saya
kalau saya sering kena kepruk...hahaha.
Guru
memberikan hukuman atau menegur murid-murid nya yang bandel, saya pikir
itu suatu keharusan. Karena tugas guru di sekolah selain memberikan ilmu
juga memberikan pendidikan akhlak agar murid-murid yang dititipkan oleh
orang tua nya menjadi manusia yang baik, kalau ada guru yang 'aneh'
apalagi sampai mencelakai muridnya saya percaya itu cuma 'oknum'.
Setiap
orang tua sudah bisa dipastikan sangat menyayangi anak-anaknya, ingin
memberikan yang terbaik, ingin selalu melindungi , ingin selalu
memanjakan, pokoknya yang terbaik deh. Tapi apa iya memberikan yang
terbaik dengan cara memanjakan sehingga kesannya sangat berlebihan,
sampai-sampai mengesampingkan suatu kewajaran yang secara sadar atau
tidak justru menjerumuskan anak sendiri pada sesuatu yang tidak benar ,
dan akan menggiring pembentukkan anak berkarakter cengeng, lembek, mudah
menyerah, ketika mendapat masalah malah bingung dan tidak bisa
menyelesaikan sendiri persoalannya. Apa-apa lapor bapak nya , apa-apa
lapor ibu nya.
Memang ada anak-anak yang selalu
apa-apa lapor ke-orang tuanya, sebenarnya hal ini tak lepas dari
pengaruh orang tua juga. laporan anak sikapilah dengan bijak , di lihat
dulu duduk persoalannya jangan bersikap berlebihan dan terlalu reaktif,
ajarkan anak untuk memilah mana yang harus melibatkan orang tua mana
yang tidak.
Mengapa ada sebagian atau segelintir
orang tua yang begitu mudah terprovokasi terhadap 'pengaduan dan
laporan' anak nya, tanpa berpikir dulu ,tanpa mengecek sampai sejauh
mana pesoalannya, lagi pula tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan yang
akan berdampak pada sisi psikologis dan fisik anak. bukankah orang tua
itu adalah pasangan suami istri ?, jika suami yang suka emosi tinggi
tugas istri lah yang menenangkannya, demikian juga sebaliknya. Atau
mungkin dua-duanya tipikal pasangan yang ber-emosi labil sehingga suka
mengumbar emosi dulu urusan belakangan, entahlah mungkin banyak hal
yang menjadi sebab...
Faktor keluarga merupakan
salah satu poin terpenting dalam proses tumbuh kembang anak, anak yang
tumbuh dalam keluarga yang mengedepankan pola asuh pendidikan
berkarakter, mudah-mudahan bisa tumbuh baik, menjadi anak yang kuat,
mandiri, tidak cengeng dan manja.
Sementara
anak-anak yang diberi kemanjaan berlebihan akan sangat susah untuk
'me-manage' dirinya sendiri, tapi sungguh banyak sekali orang tua yang
terlambat menyadari hal ini, mereka baru sadar ketika anak-anaknya sudah
dewasa .Karena sejati nya pola asuh dalam sebuah keluarga terhadap
anak-anak dimulai sejak dini, dari titik nol sejak anak masih bayi.
*****
Komentar
Posting Komentar