Lelaki Dihidup Aini
Siang yang terik, ruang meeting mendadak gaduh. untung saja rapat
pembahasan persiapan kegiatan untuk triwulan kedua sudah selesai,
suasana cerah ceria mendadak berubah, seluruh mata tertuju pada elza
salah satu staff yang duduk di pojok, elza menerima telpon sambil
menjerit histeris, suara tangis keras tak terbendung.
Spontan seisi ruangan mendekati elza, ingin tahu apa yang terjadi, Aku berusaha menenangkan elza yang nampak shock.
"Aini meninggal....", suara elza terbata-bata
Aku merasa tak percaya, segera ku mencari tahu dengan menelpon kembali adik Aini, ternyata kabar itu memang benar. Aku lunglai, tubuhku lemas, tangisan tak mampu lagi untuk kutahan.
Aini sahabatku satu kantor,sudah dua hari Aini di rawat di Rumah Sakit ,karena sesibukan belum sempat untuk berkunjung, untunglah tadi pagi Aku masih menanyakan kabar Aini langsung lewat WA, Aini mengatakan perutnya sakit sekali, Aku janji akan datang setelah pulang kantor dan membawakan kue pesanan nya. Aku tak tahu persis apa sebenarnya penyakit Aini, karena selama ini dia tak pernah mengeluh soal penyakit.
*****
Aini, wanita berparas ayu berusia tiga puluh lima tahun, bercerai dengan suami nya karena sudah tak sanggup menghadapinya. Bukan sesuatu hal aneh jika saat ke kantor mata Aini sembab, dan bukan rahasia jika tiba-tiba suami nya muncul dikantor untuk marah-marah dengan alasan yang sangat sepele. Aini wanita yang sangat baik, penurut tapi hal itu tidak diimbangi sikap suaminya.karena sudah merasa tak sanggup, sepuluh tahun selalu disiksa lahir batin Aini menyerah, konsekwensi dari semua itu Aini tak berhak atas dua anaknya.
Setelah perceraian, merupakan hari-hari yang sulit bagi Aini, nyaris susah sekali untuk melihat senyum dibibirnya, bukan cuma berpisah dengan suami tetapi juga dengan anak-anaknya,dan dia pun harus angkat kaki dari rumah yang tujuh puluh lima persen biaya pembangunanya berasal dari tabungannya selama bertahun-tahun, padahal rumah itu baru ditempati sejak tiga tahun lalu. Aini betul-betul tak berdaya, dia merasa tak mendapatkan keadilan, semua hilang diambil dari nya.
*****
Perjumpaan dengan Fais membawa perubahan pada diri Aini, dia terlihat lebih ceria dan semangat. Fais seorang duda yang ditinggal mati istrinya dengan empat anak yang sudah besar. Terlihat Fais adalah seorang lelaki yang baik.
Sebenarnya, dua bulan lalu Aini ceritakan padaku kalau dia berniat untuk pisah saja dari Fais, "mumpung kita belum punya anak kak", aku hanya melongo dan bingung mau bilang apa pada nya, aku merasa tak punya perbendaharaan kata-kata lagi untuk menguatkannya.
*****
Angin semilir berhembus, tercium aroma khas bunga kamboja, pemakaman sudah mulai sepi. kupandangi sekali lagi gundukan tanah didepanku.
"Aini...lepaslah semua deritamu, berbahagialah kau kini dek" Air mata kembali tak mampu kubendung, ku usap mataku sebelum akhirnya aku berangsek untuk pulang.
Dari kejauhan kulihat tiga orang lelaki berdiri di tempat yang berbeda. Ayah Aini, mantan suaminya dan Fais. Aku tidak memperdulikan mereka, biarlah mereka sibuk dengan pikirannya, bergegas aku menuju parkiran.
Kupercepat laju motorku, sebentar lagi suamiku pasti sudah pulang kerja, aku ingin cepat-cepat sampai dirumah, ingin memasak makanan kesukaannya dan menyaksikan dia dengan lahap menikmati hasil masakan ku, walaupun masakanku penampakannya lebih sering terlihat amburadul , selalu dibilang enak, aah...dia hanya ingin membuatku senang. dan besok aku akan ke makam ayah, laki-laki yang selalu setia sama ibu, yang tak pernah mengecewakanku apalagi membuatku menangis, laki-laki yang tak pernah menyakiti aku dan ibu.
*****
[caption caption="Sumber foto. www.graceciao.com"][/caption]
*****
Spontan seisi ruangan mendekati elza, ingin tahu apa yang terjadi, Aku berusaha menenangkan elza yang nampak shock.
"Aini meninggal....", suara elza terbata-bata
Aku merasa tak percaya, segera ku mencari tahu dengan menelpon kembali adik Aini, ternyata kabar itu memang benar. Aku lunglai, tubuhku lemas, tangisan tak mampu lagi untuk kutahan.
Aini sahabatku satu kantor,sudah dua hari Aini di rawat di Rumah Sakit ,karena sesibukan belum sempat untuk berkunjung, untunglah tadi pagi Aku masih menanyakan kabar Aini langsung lewat WA, Aini mengatakan perutnya sakit sekali, Aku janji akan datang setelah pulang kantor dan membawakan kue pesanan nya. Aku tak tahu persis apa sebenarnya penyakit Aini, karena selama ini dia tak pernah mengeluh soal penyakit.
*****
Aini, wanita berparas ayu berusia tiga puluh lima tahun, bercerai dengan suami nya karena sudah tak sanggup menghadapinya. Bukan sesuatu hal aneh jika saat ke kantor mata Aini sembab, dan bukan rahasia jika tiba-tiba suami nya muncul dikantor untuk marah-marah dengan alasan yang sangat sepele. Aini wanita yang sangat baik, penurut tapi hal itu tidak diimbangi sikap suaminya.karena sudah merasa tak sanggup, sepuluh tahun selalu disiksa lahir batin Aini menyerah, konsekwensi dari semua itu Aini tak berhak atas dua anaknya.
Dan Aini selalu
penuh kesedihan saat bercerita tentang orang tua nya, ayah nya pergi
meninggalkan ibu nya demi perempuan lain, ayah nya datang jika dia butuh
uang saja, selebihnya dia tak peduli.
Jika
ku pikir-pikir sesungguhnya aku sangat beruntung, walaupun lelaki yang
sudah delapan belas tahun menemaniku sering sekali membuatku sebal dan
marah, jika sudah begitu aku merasa menjadi wanita paling malang
sedunia.
Ah, manusia memang selalu menuntut sesuatu yang sempurna
tanpa menyadari kalau dirinyapun sangat jauh dari kesempurnaan dan
kesempurnaan itu tak akan pernah ada, karena sempurna tergantung dari
bagaimana menilainya.Setelah perceraian, merupakan hari-hari yang sulit bagi Aini, nyaris susah sekali untuk melihat senyum dibibirnya, bukan cuma berpisah dengan suami tetapi juga dengan anak-anaknya,dan dia pun harus angkat kaki dari rumah yang tujuh puluh lima persen biaya pembangunanya berasal dari tabungannya selama bertahun-tahun, padahal rumah itu baru ditempati sejak tiga tahun lalu. Aini betul-betul tak berdaya, dia merasa tak mendapatkan keadilan, semua hilang diambil dari nya.
*****
Perjumpaan dengan Fais membawa perubahan pada diri Aini, dia terlihat lebih ceria dan semangat. Fais seorang duda yang ditinggal mati istrinya dengan empat anak yang sudah besar. Terlihat Fais adalah seorang lelaki yang baik.
Aku
turut senang dengan perubahan Aini, sepertinya ada sebuah harapan besar
yang dia isyaratkan terhadap Fais entahlah. Aku tidak ingin terlalu
jauh untuk mencari tahu segala hal tentang apa yang dia rasakan.
Selama
ini pun aku hanya berusaha untuk menjadi pendengar yang baik, selalu
kuhindari untuk memberi nasehat atau solusi karena aku takut salah dan
menjadi bumerang bagi diriku. Setiap kali dia mengeluhkan masalahnya
selalu tak henti kuminta dia untuk terus-menerus bersabar.
"Kamu
harus kuat Aini", Ah barangkali bosan dia mendengarnya, tapi selalu
saja aku dijadikannya tempat curhat, Aku harus menghargainya mungkin dia
percaya padaku. Tapi lucunya diriku ini, betapa naif nya aku,
menyarankan sahabatku untuk selalu bersabar, selalu ikhlas sementara
diriku sendiri selalu tak sabaran dan belum bisa bersikap ikhlas, ah aku
manusia biasa.
Sebenarnya aku ingin
memperkenalkan teman lamaku Farid, seorang duda tanpa anak, sudah
kurencanakan untuk mengatur sebuah pertemuan seolah tak sengaja, aku
berani mau melakukan ini karena aku tahu Farid orang baik. Belum sempat
terlaksana ternyata Fais sudah gencar mendekati Aini, gayung bersambut.
yaah sudahlah aku tak mau masuk dalam kehidupan orang lain terlalu
jauh, yang penting bagiku Aini bisa bahagia .
*****
Tak
butuh waktu lama Aini dan Fais memutuskan menikah, aku dan teman-teman
sedikit kaget, tapi lagi-lagi itu hidup mereka , harapanku semoga semua
baik-baik saja. Apalagi mereka adalah manusia dewasa yang berhak atas
kehidupan sendiri.
Ternyata semua
hanya fatamorgana, keraguanku terbukti. Aini hanya dinikahi secara siri,
entah apa alasan sebenarnya. Pada kenyataannya Fais tak bisa
mendekatkan Aini sama anak-anaknya, selalu ada penolakan bahkan Aini
dimusuhi. disisi lain Aini selalu membantu semua kebutuhan anak-anak
Fais ,bahkan untuk Fais sendiri,. Aini hanya dimanfaatkan.
Barangkali siksaan fisik tidak terjadi, tapi siksaan batin kembali mendera Aini, Aini kembali sendu...Aini menangis lagi.
"Aku ingin mereka menerimaku kak, aku ingin mereka menganggap aku ibu nya"
Aku hanya bisa memeluknya untuk sekedar mengurangi kesedihannya.
Kesedihannya
semakin menjadi ternyata baru diketahui, Fais gemar main judi, akrab
dengan dunia malam dan suka menghambur-hamburkan uang.
"Tenyata aku salah memilih lagi kak ", suatu hari dia mengadu pada ku. duh Aini...Sebenarnya, dua bulan lalu Aini ceritakan padaku kalau dia berniat untuk pisah saja dari Fais, "mumpung kita belum punya anak kak", aku hanya melongo dan bingung mau bilang apa pada nya, aku merasa tak punya perbendaharaan kata-kata lagi untuk menguatkannya.
*****
Angin semilir berhembus, tercium aroma khas bunga kamboja, pemakaman sudah mulai sepi. kupandangi sekali lagi gundukan tanah didepanku.
"Aini...lepaslah semua deritamu, berbahagialah kau kini dek" Air mata kembali tak mampu kubendung, ku usap mataku sebelum akhirnya aku berangsek untuk pulang.
Dari kejauhan kulihat tiga orang lelaki berdiri di tempat yang berbeda. Ayah Aini, mantan suaminya dan Fais. Aku tidak memperdulikan mereka, biarlah mereka sibuk dengan pikirannya, bergegas aku menuju parkiran.
Kupercepat laju motorku, sebentar lagi suamiku pasti sudah pulang kerja, aku ingin cepat-cepat sampai dirumah, ingin memasak makanan kesukaannya dan menyaksikan dia dengan lahap menikmati hasil masakan ku, walaupun masakanku penampakannya lebih sering terlihat amburadul , selalu dibilang enak, aah...dia hanya ingin membuatku senang. dan besok aku akan ke makam ayah, laki-laki yang selalu setia sama ibu, yang tak pernah mengecewakanku apalagi membuatku menangis, laki-laki yang tak pernah menyakiti aku dan ibu.
*****
[caption caption="Sumber foto. www.graceciao.com"][/caption]
*****
Komentar
Posting Komentar